Rabu, 07 Desember 2011

Adzan dan Iqomah

Pada waktu itu orang-orang Islam berkumpul dan mengira-ngira waktu shalat dan tak ada seorang pun yang menyerukannya. Pada suatu hari mereka membicarakan tentang hal itu. Maka di antara mereka ada yang mengusulkan : pergunakan lonceng saja, seperti lonceng kaum Nasrani. Yang lain berkata lebih baik menggunakan tanduk seperti sangkakala orang-orang Yahudi. Sayyidina Umar berbicara : Mengapa tidak disuruh saja orang menyeru untuk sholat. Rasulullah kemudian bersabda : "Wahai Bilal, bangkitlah dan serukan adzan!" (HR. Bukhori Muslim).

Dalam hal Adzan ini, Rasulullah mempunyai dua orang muadzin (tukang adzan) yaitu Bilal bin Robah dan Abdullah bin Ummi Maktum (orang buta), dan Rasulullah menganjurkan untuk Adzan ketika waktu shalat tiba: dari Malik bin Al Huwairits, Rasulullah bersabda '' Apabila waktu shalat telah tiba, hendaklah salah satu dari kalian adzan (untuk shalat waktu itu). Dan hendaklah yang tertua diantara kalian bertindak sebagai imam bagi kalian''. (HR. Achmad, Bukhori dan Muslim). Sedang lafal atau bacaan adzan adala seperti yang diucapkan sebagai mana adzan yang biasa kita dengar, bacaan adzan sama untuk semua waktu shalat kecuali Subuh yaitu ada tambahan '' Ash Sholaatu khoirum minan nauum'' dibaca dua kali.

Umar bin Khoththob mengatakan, Rasulullah bersabda:'' apabila muadzin menyerukan adzan maka jawablah seperti ini (seraya rasulullah mencontohkan lafalnya), Jika kamu jawab seperti itu dengan sepenuh hatimu, maka kamu masuk surga''. (HR.Muslim)

Rasulullah juga menganjurkan kita untuk memenuhi panggilan Adzan sebagaimana yang diceritakan oleh Abu Huroiroh: seorang laki-laki buta datang kepada rasulullah saw, ia berkata: “ Yaa Rasulullah, aku ini buta dan tidak ada orang yang menuntunku pergi ke masjid (untuk shalat berjama'ah)''. Kemudian orang itu meminta kepada Rasulullah untuk mengijinkannya untuk shalat dirumah, kemudian orang itu pergi, dan belum jauh Rasulullah memanggilnya dan bertanya :'' Adakah Adzan shaat terdengan sampai rumahmu?''. '' Terdengan yaa Rasulullah'' jawab lelaki itu buta itu. Kemudian Rasulullah bersabda : '' kalau begitu penuhilah panggilan adzan tersebut''. (HR. Muslim)

Dibalik sejarah, anjuran dan keharusan memenuhi panggilan adzan terdapat juga keutamaan adzan sebagai mana Abu Darda memberitakan, Rasulullah saw bersabda: '' Tidak akan ada tiga orang yang tidak adzan dan tidak iqomat untuk shalat mereka, melainkan setan akan mengalahkannya''. (HR. Achamad)

Mengenai jarak antara Adzan dan Iqomat Rasululllah saw bersabda :'' Ya Bilal, adakan jarak antara adzan dan iqomatmu. Yaitu kira2 selama orang makan dengan tenang hingga dia menyelesaikan makannya, dan orang yang berwudlu menyelesaikan wudlunya dengan tenang.'' (HR. Abdullah bin Achmad)

Sunnah-sunnah yang berkaitan dengan adzan ada lima: seperti yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma’ad.
[1]. Sunnah Bagi Orang Yang Mendengar Adzan Untuk Menirukan Apa Yang Diucapkan Muadzin Kecuali Dalam Lafadz.

“Hayya ‘alash-shollaah, Hayya ‘alash-shollaah”
Maka ketika mendengar lafadz itu maka dijawab dengan lafad.

“Laa hawla walaa quwwata illa billahi”
“Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah “[HR. Al-Bukhari dan Muslim no. 385.]

Faedah Dari Sunnah Tersebut
Sesungguhnya (sunnah tersebut (yaitu menjawab adzan) akan menjadi sebab engkau masuk surga, seperti dalil yang tercantum dalam Shahih Muslim no. 385. Pent

[2]. Setelah Muadzin Selesai Mengumandangnkan Adzan, Maka Yang Mendengarnya Mengucapkan
“Dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah Yang Maha Esa tiada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwasannya Muhammad adalah hambaNya dan RasulNya. Aku ridho kepada Allah sebagai Rabb dan Islam sebagai agama(ku) dan Muhammad sebagai Rasul”.[HR. Muslim 1/240 no. 386]

dan mengucapkan doa :

اللهم رب هذه الدعوة التامة والصلاة القائمة آت محمدا الوسيلة والفضيلة وابعثه مقاما محمودا الذى وعدته

"Allaahumma rabba haadzihid da'watit taammah wash shalaatil qaa-imah aati Muhammadanil wasiilata wal fadliilata wab 'atshu maqaamam mahmuudanilladzii wa'attah"

Ya Allah, Tuhan seruan yang sempurna ini dan shalat yang berdiri, berilah kepada Nabi Muhamad s.a.w. wasilah dan keutamaan, dan bangkitkanlah ia pada tempat yang terpuji yang Engkau telah menjanjikannya.
( H.R Bukhori)

Faedah Dari Sunnah Tersebut
Dosa-dosa akan diampuni sebagaimana apa yang terkandung dalam makna hadits itu sendiri.

[3]. Membaca Shalawat Kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa salam setelah selesai menjawab adzan dari muadzin dan menyempurnakan shalawatnya dengan membaca shalawat Ibrahimiyyah dan tidak ada shalawat yang lebih lengkap dari shalawat tersebut.

Dalilnya adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Apabila kalian mendengar muadzin maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkannya lalu bershalawatlah untukku karena sesungguhnya orang yang bershalawat untukku satu kali, maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali” [HR. Muslim 1/288 no. 384)]

Faedah Dari Sunnah Tersebut
Sesungguhnya Allah bershalawat atas hambaNya 10 kali
Makna bahwasanya Allah bershalawat atas hambaNya adalah Allah memuji hambaNya di hadapan para malaikat.

Sedangkan shalawat Ibrahimiyah adalah :
“Artinya : Ya Allah, berikanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Mahaterpuji dan Mahamulia. Berikanlah berkah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Mahaterpuji dan Mahamulia”.

[4]. Mengucapkan Doa Adzan Setelah Bershalawat Kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
“Artinya :Ya Allah, Tuhan Pemilik panggilan yang sempurna (adzan) ini dan shalat (wajib) yang didirikan. Berilah al-Wasilah (derajat di Surga), dan al-fadhilah kepada Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallm. Dan bangkitkan beliau sehingga bisa menempati kedudukan terpuji yang Engkau janjikan”.

Faedah Dari Doa Tersebut
Barangsiapa yang mengucapkannya (doa tersebut) maka dia akan memperoleh syafa’at dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

[5]. Berdoa Untuk Dirinya Sendiri, Dan Meminta Karunia Allah Karena Allah Pasti Mengabulkan Permintaannya.

Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
“Artinya : Ucapkanlah seperti apa yang mereka (para muadzdzin) ucapkan dan jika engkau telah selesai, mohonlah kepadaNya, niscaya permohonanmu akan diberikan”. [Lihat Shahihul Wabili Shayyib oleh Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaly, hal: 183]



SUNNAH-SUNNAH DALAM IQAMAH
Sunnah-sunnah saat iqamah sama dengan sunnah-sunnah pada adzan yaitu pada empat point yang pertama. Hal ini sesuai dengan Fatawa Lajnah ad Daimah lil Buhuts ‘Ilmiyyah wal Ifta’.

Faidah :
Merupakan sunnah bagi yang mendengar iqomah untuk menirukan orang yang iqamah kecuali pada lafadz
“Hayya ‘alash-shollaah, Hayya ‘alash-shollaah”

Ketika mendengar lafadz itu, dijawab dengan lafadz
“Laa hawla walaa quwwata illa billahi”
“Artinya : Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah” [HR. Muslim no. 385.]

Kemudian ketika ucapan
“Qod qoomatish shalah”

Hendaknya mengucapkan
“Aqoomahaa Allahu wa adaamaha


Keutamaan orang yang melakukan adzan adalah antara lain disebutkan dalam hadits berikut :
Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda : "Sungguh para muadzin adalah orang-orang yang paling panjang lehernya (berpenampilan indah) pada hari kiamat." (HR. Ahmad, Muslim dan Ibnu Majah).

"Sungguh Allah dan para malaikat memberi shalawat kepada jama’ah yang menempati shaf yang pertama, sedang muadzin diampuni dosanya sepanjang suaranya dan ucapannya dibenarkan oleh pendengarny, baik dari keluarga yang basah maupun yang lering dan ia akan diberikan pahala sebanyak orang yang ikut sholat bersamanya." (HR. Ahmad dan An-Nasai dengan sanad yang baik).

Sunnah-sunnah Bagi Muadzin
  1. Suci dari hadats dan najis.
    Dari Abi Hurairah ra, bahwasanya Nabi SAW bersabda : "Tidak boleh adzan kecuali orang yang telah berwudhu." (HR. At-Turmudzi).
  2. Menghadap kiblat, serta menengok ke kanan pada mengucapkan "hayya ‘alash-sholaah" dan menengok ke kiri pada waktu mengucapkan "hayya ‘alal falaah".
    Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : "Saya pernah melihat Bilal sedang adzan dan saya mengikuti mulutnya ke sana ke mari, sedang ibu jarinya diletakkan di lubang telinga." (HR. Ahmad dan Turmudzi).
  3. Dengan suara yang bagus dan nyaring.
  4. Dilakukan dalam keadaan berdiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar